Satu Hati Lewat Festival: Lami-lamihan, Wajah Rukun dari Filipina!

Satu Hati Lewat Festival: Lami-lamihan, Wajah Rukun dari Filipina!

piccolopetesrestaurant.net, Satu Hati Lewat Festival: Lami-lamihan, Wajah Rukun dari Filipina! Filipina bukan cuma di kenal dengan pantai-pantainya yang ciamik atau makanan jalanannya yang menggoda, tapi juga punya budaya yang melekat kuat di hati warganya. Nah, salah satu bukti kuatnya ikatan sosial di negeri ini bisa di lihat lewat satu perayaan unik nan penuh warna, yaitu Festival Lami-lamihan. Jangan salah, ini bukan sekadar pesta jalanan biasa. Di balik tawa dan warna-warni kostum, ada semangat hidup rukun dan satu hati yang bikin siapa pun merinding campur haru.

Berlangsung tiap tahun di Basilan, khususnya kota Lamitan, festival ini jadi ajang warga buat berkumpul, berdansa, dan saling sapa tanpa batasan agama, suku, ataupun status. Bahkan, banyak pelancong dari negara tetangga rela nyebrang laut demi bisa merasakan sendiri atmosfernya yang luar biasa.

Suasana yang Bikin Tangan Gatel Ikutan Joget

Begitu festival di mulai, jalanan kota Lamitan langsung berubah jadi panggung raksasa. Dentuman musik tradisional mulai terdengar dari kejauhan, membawa nuansa meriah yang gak bisa di abaikan. Bukan cuma suara gendang yang bikin kaki otomatis ikut gerak, tapi juga teriakan bahagia warga yang saling menyapa dan tertawa.

Nah, kalau kamu pikir festival ini cuma soal tari-tarian, siap-siap di kejutkan. Karena di sini, semua warga ikut ambil bagian. Anak-anak, ibu-ibu, bahkan para tetua kampung turun langsung ke jalan. Mereka mengenakan pakaian adat Yakan—suku lokal yang jadi akar budaya Lamitan. Warna merah, biru, hijau, dan emas menyala di tiap sudut, bikin kota ini seolah di lukis langsung oleh pelangi.

Tentu saja, setiap tarian punya gerakan khas yang menggambarkan nilai persaudaraan. Gerakannya gak ribet, tapi sarat makna. Kadang ada formasi lingkaran yang nyimbolin kebersamaan, kadang juga saling bergandengan sebagai bentuk solidaritas. Semua berjalan selaras, tanpa paksaan, tanpa atasan-bawahan. Inilah yang bikin Lami-lamihan terasa istimewa.

Lihat Juga  Budaya Filipina: Rayakan Keberagaman Lewat Festival dan Tradisi!

Warisan Budaya Lami-lamihan yang Dirawat dengan Cinta

Satu Hati Lewat Festival: Lami-lamihan, Wajah Rukun dari Filipina!

Lami-lamihan bukan hasil gimik zaman sekarang. Festival ini udah berlangsung sejak 1983 dan terus di lestarikan hingga kini. Tujuannya simpel: menjaga akar budaya Yakan tetap hidup di tengah arus modernisasi. Sebab, di tengah laju dunia yang makin di gital, manusia kadang lupa dari mana di rinya berasal.

Yang menarik, warga setempat gak pernah setengah-setengah dalam menyambut festival ini. Bahkan, persiapannya di mulai jauh-jauh hari. Mereka jahit sendiri pakaian tradisional, latih gerakan tarian, dan bahkan bikin replika rumah adat buat di pamerkan selama acara berlangsung. Semuanya di lakukan dengan semangat gotong royong. Tak ada yang berdiri sendiri, semua berjalan bareng.

Di saat yang sama, ini juga jadi momen unjuk gigi bagi kaum muda. Satu Hati Lewat Festival Mereka tampil tanpa malu, tanpa takut salah. Generasi yang biasanya lekat dengan gadget justru ikut larut dalam semangat menjaga budaya. Ini bukti bahwa tradisi gak harus di lawan, tapi bisa di rangkul dengan cara yang asyik dan kekinian.

Lebih dari Sekadar Hiburan, Ini Soal Rasa

Lami-lamihan bukan cuma buat di foto lalu di unggah ke media sosial. Festival ini punya rasa yang dalam, menyentuh, dan ngena di dada. Setiap langkah tari, senyum warga, dan makanan yang di bagikan—semuanya membawa pesan kuat soal kerukunan. Di dunia yang makin gampang tersulut konflik, Lami-lamihan berdiri sebagai tamparan halus: bahwa hidup berdampingan itu mungkin, bahkan indah.

Salah satu momen yang paling di tunggu adalah parade damai, di mana berbagai komunitas lintas agama dan etnis berjalan berdampingan sambil bawa simbol perdamaian. Tak ada sorak-sorai di sini, yang ada justru keheningan penuh makna. Satu Hati Lewat Festival Sebuah pesan bahwa perbedaan itu bukan buat di pertentangkan, tapi buat di rayakan.

Lihat Juga  Sinulog: Festival Penuh Makna yang Menyatu dengan Jiwa Filipina!

Selain itu, Lami-lamihan juga memperlihatkan kekuatan perempuan dalam budaya. Para ibu dan nenek jadi tokoh penting, bukan cuma di balik layar, tapi juga di garis depan. Mereka mengajarkan lagu tradisional, menyiapkan makanan khas, dan jadi penjaga cerita-cerita lama yang di turunkan dari mulut ke mulut.

Kesimpulan: Lami-lamihan, Cermin Kecil dari Mimpi Besar

Festival Lami-lamihan bukan sekadar panggung musik dan tarian. Ini adalah gambaran utuh tentang bagaimana hidup dalam perbedaan bisa berjalan harmonis. Dalam tiap tabuhan gendang dan langkah kaki yang menari, ada pesan yang gak bisa di tolak: rukun itu bukan pilihan, tapi kebutuhan.

Di tengah dunia yang serba cepat dan kadang membingungkan, Lami-lamihan muncul sebagai penanda bahwa akar budaya tetap punya tempat. Ia jadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan inovasi, antara satu dan banyak. Jadi, kalau kamu belum pernah ngerasain langsung festival ini, mungkin sekarang saatnya buat rancang rute liburan ke Lamitan.

Karena pada akhirnya, Lami-lamihan bukan cuma milik Filipina. Ini milik semua orang yang percaya bahwa hidup itu lebih indah kalau di jalani bareng-bareng.

By Mei